Saturday, May 12, 2012

Ilmuwan Temukan Jawaban Gen Pemicu Hidup Kekal


Imajinasi 'hidup kekal' seperti McCloud Highlander mungkin masih terlalu jauh dari kenyataan. Namun, menjadi awet muda tentu banyak orang yang tertarik.


Ilmuwan berhasil menemukan empat gen ‘Father Time’ yang menentukan seberapa cepat manusia menua serta bagian mana yang mengendalikannya. Gen ini menyala dan mati berdasarkan faktor lingkungan dan gaya hidup atau memang sudah diprogram sejak awal.

Peneliti yakin, mengetahui cara kerja gen ini akan membawa pada obat anti penuaan generasi baru.
“Kami menemukan, perubahan epigenetic berkaitan dengan sifat usia. Menggunakan pengetahuan yang kami dapat, kami bisa lebih memahami mekanisme biologis,” kata Dr Jordana Bell dari King’s College London.

Di sisi lain seperti dilaporkan Dailymail, direktur kampus itu, profesor Tim Spector mengatakan, hasil studi ini memberi pandangan pertama potensi untuk mencari gen terkait penuaan dan cara memodifikasinya untuk mulai menciptakan terapi anti penuaan.




Sumber:
dailymail.co.uk

Dinosaurus Buang Angin Pengaruhi Iklim Bumi

Ilmuwan asal Inggris memperkirakan gas metana yang dibuang oleh Sauropoda, termasuk spesies Brontosaurus, pada masa lalu telah mengubah iklim dunia.

Mereka mendapatkan hasil bahwa Sauropoda secara global mampu memproduksi 520 ton gas rumah kaca per tahun pada masanya. Dengan jumlah itu, menurut ilmuwan, gas yang dibuang oleh dinosaurus bisa memengaruhi iklim 150 juta tahun lalu.


Hasil riset yang dilakukan David Wikinson dan rekan-rekannya dari John Moore's University di Liverpool, University of London, dan University of Glasgow, ini dimuat dalam edisi terbaru jurnal Current Biology. Sauropoda, seperti Apatosaurus louise (dikenal dengan Brontosaurus), ialah fauna darat raksasa yang memakan tumbuhan pada masa Mesozoic jutaan tahun lalu. 

Bagi Wikinson dan rekan, hal yang menarik dari Sauropoda bukanlah ukuran besarnya, melainkan populasi mikroorganisme yang ada di dalam saluran pencernaannya.

"Ekologi mikroba dan perannya pada planet kita adalah salah satu ketertarikan saya dalam ilmu pengetahuan. Meskipun elemen dinosaurus yang membuat riset ini populer, sebenarnya mikroba yang ada dalam dinosaurus itulah yang memproduksi metana," kata Wikinson seperti dikutip BBC.

Metana diketahui sebagai gas rumah kaca yang menyerap radiasi inframerah dari Matahari, menjebaknya di atmosfer Bumi sehingga memengaruhi suhu Bumi. Suhu Bumi diketahui meningkat 10 derajat celsius pada era Mesozoic.

Dengan menggunakan pengetahuan bahwa emisi dari ternak berpengaruh pada level metana global, peneliti menggunakan data yang ada sekarang untuk memperkirakan bagaimana Sauropoda memengaruhi iklim Bumi. 

"Sapi saat ini memproduksi 50-100 juta ton metana per tahun. Perkiraan terbaik kami pada Sauropoda, mereka memproduksi 520 juta ton," papar Wikinson.

Para peneliti mengungkapkan bahwa gas buang dinosaurus menyumbang emisi metana yang lumayan besar. Sebagai perbandingan, emisi metana saat ini 500 juta ton per tahun dari hewan dan aktivitas manusia seperti produksi daging.

Meski demikian, dinosaurus bukan merupakan satu-satunya penyebab peningkatan suhu Bumi jutaan tahun lalu. "Ada sumber metana lain pada masa Mesozoic sehingga total level metana jauh lebih tinggi daripada saat ini," kata Wikinson. 

Sumber :
kompas.com
bbc.co.uk

Thursday, May 3, 2012

Makanan Berlemak Percepat Pertumbuhan Sel Otak

Mengutip laporan Dailymail, para peneliti dari Harvard Medical School di Boston dalam wawancara dengan Science Now menyatakan makanan berlemak tidak hanya dapat menumpuk lemak di dalam tubuh, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan sel otak.

Mereka telah membuktikannya dengan cara melakukan uji coba melalui seekor tikus. Binatang itu diberi makan burger keju, potongan kue tart, sampai krimer.


Hasilnya, bobot tubuh tikus itu perlahan bertambah seiring dengan pertumbuhan sel-sel di dalam otaknya. Sel-sel inilah yang mendorong tikus untuk terus makan, kendati baru saja diberi makanan atau dalam kondisi belum lapar.

Endokrinologi Jeffrey Flier mengatakan pertumbuhan sel otak ini tidak serta-merta membuat tikus itu menjadi "cerdas". Mereka justru cenderung malas.

"Ini bisa menjadi petunjuk untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan obesitas atau kelebihan berat badan," kata Flier.

Dia menjelaskan, makanan berlemak tadi memicu sel saraf untuk tumbuh dalam bagian yang kecil di dalam otak atau disebut media eminence.

Otak pada tikus yang memakan makanan tinggi lemak tadi juga memproduksi banyak sel di median eminence.

Selain soal berat tubuh tikus yang bertambah besar, ada benang merah yang ditemui peneliti dari sel otak tikus dan manusia.

Flier mengatakan ada tipe sel otak bernama tancyte yang ada di dalam otak tikus dan manusia. Namun, dia mengaku belum mengetahui secara pasti apa kaitan sel misterius ini dengan obesitas.

Sumber :
tempo.co